mobil yang lama, mata kanannya merem
Itulah kalimat yang kukira pantas untuk menggambarkan tulisan ini. Iya, perjalanan dengan tujuan utama kawah Ijen yang terletak di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso sangatlah berliku. Dimulai pesan mobil sewaan Izusu elf, seharga 2jt rupiah untuk 2 hari sudah termasuk sopir dan BBM. Ternyata mobil yang datang beda dengan yang kami pesan. mobilnya mirip angkot yang melayani surabaya-sidoarjo cuma dipasang AC ala kadarnya dan rasanya tetap aja panas di dalam kabin ketika kami berangkat jam 5 sore dari Sidoarjo tempat kami bekerja. Akhirnya kekhawatiran itu ada jawabannya, sampai di Nguling masuk kabupaten Pasuruan masalah datang, tidak tau karena mobil tersebut ngantuk, mata sebelah kanannya terpejam ngga mau nyala. Kalau soal AC yang ngga dingin kami masih bisa terima kami bisa lepas baju, tapi ini lampu depan sebelah kanan pula terpaksa dengan sadis aku telpon rental mobilnya maksa ganti pokoknya entah gmana caranya, suruh nyusul ke Pasuruan entah pake helikopter, dikirim lewat POS atau via sms.
Akhirnya yang punya rental baru sadar yang dihadapi konsumen yang sadis dan crewet makanya dia ngalah dan bersedia ganti mobil 🙂 Dan perjalanan dilanjutkan kembali pukul 11 malam melalui kumitir.
Jam 4 pagi kami singgah sebentar di rumah teman dan selanjutnya mau mandi di pantai pulau merah, kenapa dinamai pulau merah? aku juga tidak tau. Bila ada yang tau silahkan comment beritau aku biar tulisan ini lebih lengkap! 🙂
Berangkat menuju pulau merah diwarnai insiden mobil lagi, kali ini mogok. Yah olah raga pagi kami kali ini adalha dorong mobil.
dorong mobil
Sebelum naik gunung mandi air laut terasa segar. Menurut laporan International Journal of Dermatology, mandi garam laut menghambat gejala yang terkait dengan penyakit inflamasi.
Garam laut bersifat hidrat dan melembutkan kulit untuk meningkatkan fungsi penghalang pelindung kulit. Mandi garam laut dapat membantu meringankan nyeri otot dan nyeri serta berguna dalam memerangi stres dan menenangkan saraf. Hal itu berhubungan dengan persiapan mau naik gunung, entalah soalnya datang ke pantai hanya pengen aja 😀
mandi di laut sebelum naik malamnya
Mandi di pantai selain bermanfaat ternyata membuat capek. dan ternyata capek itu masih kurang karena musibah mobil masih akrab dengan kami, kali ini gantian roda yang sobek
roda yang sobek
ganti roda belakang
Sebuah analisis dilakukan dan terori ditemukan atas sobeknya roda belakang sebelah kanan ini, bahwa sobeknya roda belakang ini dikarenakan beratnya muatan karena penumpangnya banyak makan hahahaha… 😀
acara utama
Setelah ganti roda menggunakan Dunlop Tubles perjalanan berlanjut menuju rumah teman, makan dilanjut nonton X-factor. Tapi berhubung kecapekan acara berubah menjadi tidur bareng di depan TV. Jam 10 malam kami dibangunkan siap-siap berangkat ke kawasan Ijen. Dengan nyawa belum terlalu lengkap kami pamitan dengan yang punya rumah menuju mobil, selanjutnya acara tidur dilanjutkan di dalam mobil. Kelancaran tidur kami serahkan pada nyamannnya cara mengendarai sopir kami yang ternyata tak nyaman.
Jam 2 malam kami tiba di Paltuding, parkiran kendaraan. Suasana masih gelap ada 6 mobil beberapa sepeda motor. Kami bagai densus 88 yang mengendap-endap merasakan dinginnya susana alam sambil ucek-ucek mata bangun tidur. Karena terasa tidak terlalu dingin anggota team kami banyak yang tidak melengkapi diri dengan penghangat tubuh, malah ada yang pake kaos, celana pendek dan topi saja karena dipikir-pikir di atas nanti mungkin lebih panas.
di parkiran mengumpulkan nyawa dulu
begitulah kira-kira
Karena memburu blue fire jam itu juga kami berangkat, suasana gelap berjalan beriringan 9 orang naik gunung mirip team pemburu hantu. sering berhenti untuk mengambil napas maklum tampang BMW napas andong.
istirahat, berharap ada tukang bakso lewat…. baru sadar kita adfa dilereng gunung bro, mana ada tukang bakso?!
Akibatnya, walaupun di itung-itung kami berangkat naik duluan tapi disalip rombongan-rombongan yang berangkat belakangan. Setelah 2 jam mendaki sambil tersengal-sengal karena kami sebenarnya bukan biasa pendaki akhirnya sampai juga di atas. Kami segera tengak-tengok yang namanya blue fire itu mana to? karena ngga tau ikuti orang banyak ajalah. Ternyata benar orang-orang itu menuntun kami ke penampakan blue fire dan ternyata letaknya jaauuuuuuhhhhh banget di bawah di dekat kawah, kamera saku kami ngga bisa menangkapnya, maklum wisatawan modal cekak, camera cukup murahan aja. Karena ngga bisa photo-photo dengan background blue fire ya kami duduk aja liatin dari atas.
nonton bareng blue fire, seperti pengungsi perang
Tak beberapa lama nongkrong tiba-tiba terasa hawa dingin menusuk tulang, ternyata kabar bahwa di atas lebih hangat adalah cuma isu. Saya yang cuma pake celana pendek kaos dan sandal gunung menggigil, segera cari mantel yang biasa untuk dipakai naik motor saat hujan. Itu pun belum cukup membantu, kucari batu besar sembunyi bareng teman lain.
seperti tape dibungkus plastik
Tapi mendekati pagi semakin hangat, kami keluar ahaaaa……. ketemu bule. dan ternyata wisatawan lebih banyak yang import dari dapa lokal
liat kawah saat terang
berjemur biar anget
salah satu crew kami ngajak photo bule, cakep mana coba?
bule lokal vs bule import
milih suvenir belerang padat
Jam 7 pagi matahari mulai bersinar membuat uap belerang semakin banyak membuat mata pedes dan napas ngga enak. Kami bergegas turun, pemandangan yang waktu naik tidak terlihat pas turunnnya kini terlihat indah.
suasana turun
turunnya lebih cepat 1,5 jam. ada insiden kepleset juga karena jalan berpasir, sasampainya di pintu gerbang kami lihat tulisan ini
hahahahahaha…. 🙂